KELAS : 1EB26
NPM : 25213293
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Kata
Retail berasal dari bahasa perancis, ‘retailler’, yang berarti memotong atau
memecahkan sesuatu. Dalam bahasa inggris istilah retail berasal dari retailing
yang berarti segala aktivitas yang didalamnya terdapat kegiatan pemasaran
barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, “Eceran” berarti secara satu-satu; sedikit-sedikit (tentang
penjualan atau pembelian barang); ketengan. Menurut Gilbert, retail adalah
“semua usaha bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan pemasarannya
untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa
sebagai inti dari distribusi” (2003 : 6).
Bisnis
retail merupakan usaha untuk menyalurkan barang dan jasa kepada pengguna akhir.
Jenis usaha ini juga paling banyak dijalankan orang dan sering dijumpai di
kota-kota besar maupun kota-kota kecil. seiring dengan kemajuan teknologi yang
canggih di era modern ini, telah memberi kesempatan kepada produsen untuk
menawarkan produk baru yang lebih memikat dengan cepat. Selain mudah
dijalankan, bisnis ini juga sering dijadikan sebagai bisnis sampingan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga.
Klasifikasi
Usaha Retail
Berdasarkan
skala usaha
a. Retail besar
Perdagangan
retail berskala besar menyediakan satu jenis barang ataupun berbagai barang
kepada sejumlah besar pelanggan dalam suatu toko besar. Dalam kegiatan
usahanya, peritel berskala besar menyediakan kenyamanan bagi pelanggan, baik
berupa interior dan eksterior toko, maupun keramahan pelayanan yang diberikan
wiraniaganya. Produk yang biasa ditawarkan oleh peritel berskala besar, antara
lain pakaian, alat-alat elektronik, dan
juga produk-produk impor.
b. Retail kecil
Peritel
berskala kecil disebut dengan ritel tradisional. Ragam produk yang ditawarkan
biasanya tidak sebanding yang ditawarkan peritel besar. Misalnya untuk produk
sabun mandi, jenis merek yang ditawarkan
peritel kecil mungkin tidak terlalu banyak nilai dibandingkan peritel besar.
Berdasarkan
teknik memasarkan produk
· Retailing store, adalah toko-toko yang
menjual berbagai macam kebutuhan sesuai dengan spesifikasi dan kemampuannya.seperti toko khusus,toko
kelontong, toko swalayan, toko serba ada, toko super store, toko diskon, toko
khusus potongan harga dan lain sebagainya.
·
Non store retailing memiliki banyak
definisi yakni penjualan satu-satu,
penjualan satu kebanyak, pemasaran bertingkat (MLM), penjualan otomatis,
dan lain-lain.
·
Retailer organization adalah organisasi
pengecer yang terbagi menjadi berbagai macam yaitu, 1. Jaringan toko korporat
yang memiliki ukuran toko yang besar sehingga mampu menampung persediaan barang
dalam jumlah besardan mampu menjual dengan harga rendah. 2. Jaringan sukarela
ialah asosiasi yang menjadi bagian dari perusahaan retail yang lebih besar. 3.
Koperasi pengecer yakni koperasi yang anggotanya terdiri dari pengecer-pengecer
kecil.
Bisnis
retail dibagi menjadi dua yaitu :
· 1. Bisnis retail tradisional, adalah
perusahaan yang menjual barang eceran dalam bentuk toko kelontong, pedagang
pasar tradisional, pedagang kaki lima, dan lain sebagainya.
· 2. Bisnis retail modern dapat diartikan
sebagai toko mandiri yang menjual barang secara ecer baik dalam bentuk
supermarket, minimarket dan lain-lain.
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI........................................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1-2
BAB
II PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
2.1 Studi Kasus Pada Bisnis Retail Tradisional............................................................. 4-5
2.2 Studi Kasus Pada Bisnis Retail Modern................................................................. 6-7
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha
ritel .................................... 7-8
2.4 Kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan usaha ritel....................................... 8
BAB
III KESIMPULAN......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 10
BAB II
PEMBAHASAN
Studi Kasus Pada Bisnis Retail Tradisional
Asal-usul 7
eleven
7-Eleven
adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal Amerika Serikat
yang sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang Seven & I Holdings Co.,
sebuah perusahaan Jepang. Pada tahun 2004, lebih dari 26.000 gerai 7-Eleven
tersebar di 18 negara;[2] antara pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat dan
Jepang.
Didirikan
pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas (kini masuk wilayah Dallas), nama
"7-Eleven" mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam
pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun 1962, 7-Eleven buka dari jam 7 pagi
hingga 11 malam, dan karenanya bernama "7-Eleven" (7-Sebelas).
Tahun
1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven, sebagian besar
sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang, Ito-Yokado.
Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc pada tahun
1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc diambil alih Seven & I
Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak Jepang.
Setiap
gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan, minuman, dan
majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan
serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven adalah Slurpee,
sejenis minuman es dan Big Gulp, minuman soft drink berukuran besar.
Pasar
7 eleven memasuki bisnis
ritel di Indonesia dengan tidak memilih target pasar yang khusus untuk dimasuki
sehingga pasar yang dimiliki 7 eleven tidak mempunyai batasan umur atau batasan
kalangan yang hendak diraih. Konsep bisnis 7 eleven yang lebih memfokuskan pada
produk makanan dan minuman yang merupakan kebutuhan pokok membuat target pasar
dan kalangan 7 eleven menjadi sangat luas. Meski konsumen yang datang ke 7
eleven lebih didominasi dari kalangan pelajar serta anak-anak muda, tapi
berdasarkan pengamatan ketiga gerai 7 eleven yang berada didaerah bulungan,
kemang, serta cipete gerai 7 eleven tersebut juga didatangi konsumen yang
berasal dari kalangan eksekutif muda, ibu rumah tangga, tokoh masyarakat dan
orang yang sudah lanjut usia. Sehingga bisa kita lihat bahwa 7 eleven tidak
memiliki target pasar yang khusus atau segmen tertentu di Indonesia. Namun
memiliki target pasar dan segmen yang lebih luas apabila dibandingkan dengan
berbagai convenience store yang lain.
Gerai 7 eleven
7 eleven,
Bulungan Jakarta Selatan
Gerai 7 eleven yang mempunyai alamat lengkap di Jalan
Bulungan 1 No.64 berlokasi didaerah Bulungan ini merupakan gerai pertama yang
dibuka oleh PT.Modern Internasional yang juga sebagai symbol hadirnya kembali 7
eleven di Jakarta. Daerah Bulungan ini juga dikenal sebagai tempat berkumpul
para komunitas anak muda. Begitu juga didaerah cipete yang mayoritasnya adalah pelajar dan anak muda. Namun didaerah
kemang juga dikenal sebagai lokasi yang memiliki banyak tempat hiburan malam di
Jakarta Selatan dan mayoritas konsumennya adalah dari kalangan anak muda dan
kalangan jetset yang berasal dari kalangan menengah atas, sering juga ditemui
ibu-ibu rumah tangga dan kaum ekspat yang berbelanja di gerai ini.
Bisnis 7eleven didalam strategi 5 Forces :
1. Ancaman Produk Pengganti
Keberadaan produk di luar bidang batas produk umum
meningkatkan kecenderungan pelanggan untuk beralih ke alternatif.
Ancaman produk pengganti yang kuat karena di Indonesia
sendiri jenis ritel modern juga tumbuh subur seperti supermarket, dalam kasus
7eleven ini juga bisa bersaing dengan restaurant setempat atau 24 jam
convenience store lainnya seperti Lawson store dan CircleK.
2. Ancaman Pesaing
Persaingan dari dalam industri sendiri yang kuat
karena pada industri ritel modern khususnya convenience store di Indonesia
sendiri juga sudah sangat banyak dengan harga yang tidak terlalu jauh berbeda
antara satu dengan lainnya dan memiliki konsep , produk , dan kenyamanan yang
hampir mendekati sama.
3. Ancaman Pendatang Baru
Ancaman pendatang baru yang lemah pada industri ritel
ini. Hal tersebut bisa dilihat karena industri ritel di Indonesia sendiri sudah
cukup ramai dan persaingan antar industri ritel sudah sangat padat sehingga
pendatang baru akan membutuhkan investasi yang lebih besar untuk bersaing dan
dengan konsep bisnis yang lebih baru dan berbeda.
4. Daya Tawar Pemasok
Kekuatan tawar pemasok juga digambarkan sebagai pasar
input. Pemasok bahan baku, komponen, tenaga kerja, dan jasa (seperti keahlian)
kepada perusahaan dapat menjadi sumber kekuasaan atas perusahaan, ketika ada
beberapa pengganti.
Dalam kasus 7eleven ini , kekuatan tawar menawar
pemasok lemah , hal ini disebabkan pemain dalam bisnis ritel ini sudah
sedemikian ramai dan padat sehingga menyebabkan para pemasok sulit untuk
memainkan harga.
5. Daya Tawar Konsumen
Kekuatan tawar pelanggan juga digambarkan sebagai
pasar output, kemampuan pelanggan untuk menempatkan perusahaan di bawah tekanan
yang juga mempengaruhi sensitivitas pelanggan terhadap perubahan harga.
Studi Kasus
Pada Bisnis Modern
PT Hero Supermarket Tbk adalah perusahaan ritel yang
memiliki banyak cabang di Indonesia. Hero Supermarket Group adalah perusahaan
ritel modern pertama di Indonesia, didirikan tahun 1971 oleh almarhum Muhammad
Saleh Kurnia di Jalan Falatehan. Saat ini Hero membidik dasar menengah ke atas.
HERO didirikan oleh almarhum Saleh Kurnia. Perseroan
didirikan di Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1971. Pada awal perkembangan Hero,
di Jakarta pada saat itu, dikenal beberapa supermarket lokal seperti Gelael,
Kem Chick dan Grasera. Strategi awal Hero untuk merebut pasar adalah
agresifitas dalam penyebaran flyer promosi (dengan iming-iming harga),
penekanan pada kualitas dan kenyamanan berbelanja. Sampai tahun 2001 ini dapat
dikatakan bahwa HERO adalah jaringan supermarket lokal terbesar di Indonesia.
Hero melakukan
IPO (Initial Public Offering) pada tanggal 21 Agustus 1989. Komposisi pemegang
saham per tanggal 25 Juli 2001 adalah sebagai berikut : PT Hero Pusaka Sejati
50.10%, PT Matahari Putra Prima Tbk 10.42%, SSV Netherland BV 10.20%, Mulgrave
Corp. BV 7.63%, dan masyarakat 21.65%. Kepemilikan saham langsung HERO oleh
Dairy Farm diperkirakan sebesar 7.63%, yaitu melalui Mulgrave Corp. BV. Selain itu Dairy Farm melalui Mulgrave Corp.
BV juga memiliki obligasi konversi sebesar 24.55%. Dengan demikian total
kepemilikan Dairy Farm atas saham HERO
adalah 32.18%.
HERO SUPERMARKET Tbk sampai bulan Agustus 2001,
memiliki 71 gerai Hero PasarSwalayan, 26 gerai Star Mart, 40 gerai Guardian dan
8 gerai Mitra Toko Diskon. Kegiatan usaha anak perusahaan Hero meliputi usaha
dagang eceran makanan dan produk terkait melalui PT Trimanunggal Hero Lestari,
yang memiliki satu gerai di Cirebon; Dan PT Mitra Hero Pioneerindo (bermitra
dengan PT Putra Sejahtera Pioneerindo) yang membawahi gerai fast food
California Fried Chicken. Dalam sejarahnya HERO juga memiliki keterkaitan
dengan rantai toko TOYS CITY dan PT SUBA INDAH, yaitu pabrik pengolahan dan
pengalengan makanan. Untuk mendukung kelengkapan produk dan kemampuan
perusahaan menggenjot potensi laba, HERO juga memiliki pusat pengolahan roti
(Bakery Processing) dan pengembangan konsep Instore Bakery serta Restoran Siap
Saji di dalam gerai-gerainya. Sebuah pusat distribusi didirikan di kawasan
industri Cibitung. Untuk mendukung aktivitas distribusi dan logistik, HERO
menggandeng perusahaan logistik DAVID HOLDINGS.
Sampai saat ini
HERO merupakan satu-satunya retailer lokal yang memiliki strategi pengembangan
private label (merek milik sendiri) yang cukup intensif. Dengan strategi ini
HERO diharapkan mampu meningkatkan kemampuan labanya. Berbagai private label
yang dikembangkan misalnya Hero Save, Nature Choice, dan Relliance. Dalam
jangka panjang, pengembangan private label dari Hero, didukung oleh jaringan
distribusinya yang sangat luas, merupakan satu ancaman bagi format Hypermarket.
Keberhasilan Aldi (hard discounter dari Jerman) menyaingi Hypermarket, didukung
oleh 90% assortmentnya yang terdiri atas private label. Dengan dominasi private
label yang fast moving, ALDI mampu menjual produk dengan harga 30% lebih murah
dibandingkan harga produk bermerek dengan jenis dan kualitas yang sama.
Bisnis eceran Hero menyumbang 90% dari omset Hero.
Pada periode 1997-1998, akibat krisis ekonomi di Indonesia dan kerusuhan 14 Mei
1998, 26 gerai dirusak dan dijarah massa (6 gerai diantaranya habis terbakar),
selain itu beberapa gerai terpaksa ditutup karena tidak menguntungkan.
Perusahaan yang kini memiliki 8000 karyawan ini terpaksa mem-PHK-kan dini
ratusan karyawannya. Tahun 1997 dilalui
Hero dengan menelan kerugian sebsar Rp. 45.8 milyar, dan Rp. 69 milyar pada tahun
1998. Tahun berikutnya Hero membalik keadaan dengan memperoleh keuntungan
sebesar Rp. 90.9 milyar. Pada tahun 2001 ini kinerja Hero dalam menghasilkan
laba kelihatanya agak menurun. Misalnya sampai bulan Juni 2001, Hero baru
membukukan laba sebesar Rp. 17,3 milyar, menurun 58,2% dibandingkan laba per
bulan yang sama di tahun 2000, yaitu sebesar Rp. 41,4 milyar. Di tahun 2000 penjualan Hero tumbuh sebesar
13.4 %, yaitu dari 1.49 trilliun pada tahun 1999 menjadi 1.69 trilliun pada
tahun 2000. Pertumbuhan penjualan ini merupakan pertumbuhan penjualan terendah
dibandingkan Makro (30.1%), Matahari (40.1%), Ramayana (42.9%), dan Alfa
(45.4%).
Penurunan tingkat laba Hero pada tahun 2000, mungkin
disebabkan strategi Hero untuk mengubah citra Hero sebagai supermarket yang
mahal di mata konsumen. Setelah merasakan imbas kehadiran Hypermarket Carrefour
(dan Continent), Hero mulai menggalakkan program promosi dengan fokus mengubah
image Hero Supermarket yang mahal menjadi tempat belanja yang paling murah. Saat
ini setiap Hari Jum’at, Hero melaunching program Weekly Promotion, dengan
diback-up media promosi satu halaman penuh di Harian Kompas. Untuk menjaga agar
harga yang ditetapkan lebih murah dibandingkan pesaing, Manajemen Hero
memutuskan dan me-recheck harga pesaing pada hari Kamis, sesaat sebelum media
promosi naik cetak. Menurut Ipung Kurnia (CEO HERO), strategi Hero seperti ini
mampu menaikkan omzet Hero Supermarket sampai 30%. Undian berhadiah juga gencar
diadakan dengan hadiah utama mobil, misalnya pada periode sebelumnya Daihatsu
Taruna dan sekarang (bulan Oktober 2001) Peugeot 206. Fokus komunikasi dan
positioning Supermarket Hero kepada masyarakat sampai saat ini adalah kesegaran
produk fresh. Sehingga tag line “Think Fresh Shop Hero” selalu digunakan.
Sejak tahun 2000 lalu, Hero mulai aktif kembali melakukan
ekspansi usaha. Sebelumnya strategi ekspansi Hero adalah 80% di Jabodetabek dan
sisanya 20% di luar Jabodetabek. Namun dengan semakin ketatnya persaingan dan
berkurangnya pangsa pasar Hero Supermarket di Jabodetabek, maka strategi
ekspansi Hero saat ini adalah 50% di Jabodetabek dan 50% di luar Jabodetabek.
Peremajaan gerai dilakukan setiap lima atau enam tahun. Peremajaan gerai
besar-besaran di tahun 2001, misalnya dilakukan di dua cash cow Store Hero di
Kemang dan Pondok Indah Mall. Selain itu perluasan format retail juga dilakukan
dengan merintis jaringan toko buku utama dan merencanakan pembukaan hypermarket
GIANT. Hypermarket Giant merupakan merek dari negeri jiran (Malaysia), yang
masuk ke dalam portofolio Hero melalui Dairy Farm. Di negeri asalnya, kekuatan Giant
terutama bertumpu pada divisi Fresh Product, Grocery dan Basic Fashion.
Kerjasama manajemen berupa profit sharing juga dilakukan Hero bersama Golden
Trully
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Ritel
Ada tiga faktor yang dapat mendorong usaha ritel
berhasil, antara lain sebagai berikut.
1
. Lokasi Usaha
Faktor utama yang harus
diperhatikan dalam memulai atupun mengembangkan usaha ritel adalah faktor
lokasi.
2. Harga yang tepat
Usaha ritel biasanya menjual
produk-produk yang biasa dibeli/dikonsumsi pelanggan sehari-hari. Oleh karena
itu, pelanggan bisa mengontrol harga dengan baik. Jika suatu toko menjual
produk dengan harga yang tinggi, maka pelanggan akan pindah ke toko lain yang
menawarkan harga yang lebih rendah, sehingga toko menjadi sepi pelangaan.
Sebaliknya, penetapan harga yang terlalu murah mengakibatkan minimnya
keuntungan yang akan diperoleh, sehingga peritel belum tentu mampu menutup
biaya-biaya yang timbul dalam menjalankan usahanya.
3. Suasana toko
Suasana toko yang sesuai
bisa mendorong pelanggan untuk datang dan berlama-lama di dalam toko, seperti
memasang alunan musik ataupun mengatur tata cahaya took.
Faktor penting lainnya yang memengaruhi keberhasilan
toko adalah pramuniaga. Pramuniaga menentukan puas tidaknya pelanggan setelah
berkunjung sehingga terjadi transaksi jual beli ditoko tersebut. Pramuniaga
yang berkualitas sangat menunjang
kemajuan toko. Pramuniaga sebaiknya mampu menarik simpati pelanggan dengan
segala keramahannya, tegur sapanya, informasi yang diberikan, cara bicara, dan
suasana yang bersahabat.
Kelebihan dan kelemahan dalam menjalankan usaha ritel:
1.
Kelebihan usaha ritel, antara lain :
·
Modal yang diperlukan cukup kecil, namun keuntungan
yang diperoleh cukup besar.
· Umumnya lokasi usaha ritel strategis. Mereka
mendekatkan tempat wisata dengan tepat berkumpul konsumen, seperti didekat
pemukiman penduduk, terminal bis, atau kantor-kantor.
· Hubungan antara peritel dengan pelanggan cukup dekat,
karena adanya komunikasi dua arah antara pelanggan dengan peritel.
2. Kekurangan usaha ritel, antara lain :
· Keahlian dalam mengelola toko ritel berskala kecil
kurang diperhatikan oleh peritel. Usaha ritel berskala kecil terkadang dianggap
hanyalah sebagai pendapatan tambahan sebagai pengisi waktu luang, sehingga
peritel kurang memperhatikan aspek pengelolaan usahanya.
· Administrasi (pembukuan) kurang atau bahkan tidak
diperhatikan oleh peritel, sehingga terkadang uang atau modalnya habis tidak
terlacak
· Promosi usaha tidak dapat dilakukan dengan maksimal,
sehingga ada usaha ritel yang tidak diketahui oleh calon pembeli atau
pelanggan.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus pemasaran
7 Eleven yang berada di Jakarta Selatan dapat di simpulkan bahwa kunci utama
dalam keberhasilan dalam usahanya memenangkan persaingan adalah pengetahuan
yang kuat tentang pasar yang dilayani. Disini, pengelola merek harus memahami
prilaku konsumennya maupun prilaku dan strategi yang dijalankan oleh para
pemain yang ada. PT.Hero Supermarket Tbk, merupakan perusahaan retail dengan
konsep berbelanja yang sangat modern dan Sampai saat ini Hero merupakan
satu-satunya retailer lokal yang memiliki strategi pengembangan private label
(merek milik sendiri) yang cukup intensif. Dengan strategi ini Hero dapat
meningkatkan labanya. Bisnis retail juga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan
ekonomi karena dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat menengah kebawah.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar