Rabu, 19 Maret 2014

Pengaruh Bisnis Retail Terhadap Pertumbuhan Perekonomian Daerah

NAMA  : MARINI S.B
KELAS : 1EB26
NPM     : 25213293


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kata Retail berasal dari bahasa perancis, ‘retailler’, yang berarti memotong atau memecahkan sesuatu. Dalam bahasa inggris istilah retail berasal dari retailing yang berarti segala aktivitas yang didalamnya terdapat kegiatan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Eceran” berarti secara satu-satu; sedikit-sedikit (tentang penjualan atau pembelian barang); ketengan. Menurut Gilbert, retail adalah “semua usaha bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi” (2003 : 6).
Bisnis retail merupakan usaha untuk menyalurkan barang dan jasa kepada pengguna akhir. Jenis usaha ini juga paling banyak dijalankan orang dan sering dijumpai di kota-kota besar maupun kota-kota kecil. seiring dengan kemajuan teknologi yang canggih di era modern ini, telah memberi kesempatan kepada produsen untuk menawarkan produk baru yang lebih memikat dengan cepat. Selain mudah dijalankan, bisnis ini juga sering dijadikan sebagai bisnis sampingan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Klasifikasi Usaha Retail

Berdasarkan skala usaha

a.       Retail besar

Perdagangan retail berskala besar menyediakan satu jenis barang ataupun berbagai barang kepada sejumlah besar pelanggan dalam suatu toko besar. Dalam kegiatan usahanya, peritel berskala besar menyediakan kenyamanan bagi pelanggan, baik berupa interior dan eksterior toko, maupun keramahan pelayanan yang diberikan wiraniaganya. Produk yang biasa ditawarkan oleh peritel berskala besar, antara lain pakaian, alat-alat elektronik, dan  juga produk-produk impor.

b.      Retail kecil

Peritel berskala kecil disebut dengan ritel tradisional. Ragam produk yang ditawarkan biasanya tidak sebanding yang ditawarkan peritel besar. Misalnya untuk produk sabun  mandi, jenis merek yang ditawarkan peritel kecil mungkin tidak terlalu banyak nilai dibandingkan peritel besar.
Berdasarkan teknik memasarkan produk
·        Retailing store, adalah toko-toko yang menjual berbagai macam kebutuhan sesuai dengan spesifikasi  dan kemampuannya.seperti toko khusus,toko kelontong, toko swalayan, toko serba ada, toko super store, toko diskon, toko khusus potongan harga dan lain sebagainya.
·        Non store retailing memiliki banyak definisi yakni penjualan satu-satu,  penjualan satu kebanyak, pemasaran bertingkat (MLM), penjualan otomatis, dan lain-lain.
·        Retailer organization adalah organisasi pengecer yang terbagi menjadi berbagai macam yaitu, 1. Jaringan toko korporat yang memiliki ukuran toko yang besar sehingga mampu menampung persediaan barang dalam jumlah besardan mampu menjual dengan harga rendah. 2. Jaringan sukarela ialah asosiasi yang menjadi bagian dari perusahaan retail yang lebih besar. 3. Koperasi pengecer yakni koperasi yang anggotanya terdiri dari pengecer-pengecer kecil. 

Bisnis retail dibagi menjadi dua yaitu :
·      1.  Bisnis retail tradisional, adalah perusahaan yang menjual barang eceran dalam bentuk toko kelontong, pedagang pasar tradisional, pedagang kaki lima, dan lain sebagainya.
·      2. Bisnis retail modern dapat diartikan sebagai toko mandiri yang menjual barang secara ecer baik dalam bentuk supermarket, minimarket dan lain-lain.




  
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1-2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
2.1  Studi Kasus Pada Bisnis Retail Tradisional............................................................. 4-5
2.2  Studi Kasus Pada Bisnis Retail Modern................................................................. 6-7
2.3  Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ritel .................................... 7-8
2.4  Kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan usaha ritel....................................... 8
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 10






BAB II
PEMBAHASAN

Studi Kasus Pada Bisnis Retail Tradisional

Asal-usul 7 eleven

7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal Amerika Serikat yang sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang Seven & I Holdings Co., sebuah perusahaan Jepang. Pada tahun 2004, lebih dari 26.000 gerai 7-Eleven tersebar di 18 negara;[2] antara pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat dan Jepang.
Didirikan pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas (kini masuk wilayah Dallas), nama "7-Eleven" mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun 1962, 7-Eleven buka dari jam 7 pagi hingga 11 malam, dan karenanya bernama "7-Eleven" (7-Sebelas).
Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven, sebagian besar sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang, Ito-Yokado. Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc diambil alih Seven & I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak Jepang.
Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan, minuman, dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven adalah Slurpee, sejenis minuman es dan Big Gulp, minuman soft drink berukuran besar.

Pasar

7 eleven memasuki bisnis ritel di Indonesia dengan tidak memilih target pasar yang khusus untuk dimasuki sehingga pasar yang dimiliki 7 eleven tidak mempunyai batasan umur atau batasan kalangan yang hendak diraih. Konsep bisnis 7 eleven yang lebih memfokuskan pada produk makanan dan minuman yang merupakan kebutuhan pokok membuat target pasar dan kalangan 7 eleven menjadi sangat luas. Meski konsumen yang datang ke 7 eleven lebih didominasi dari kalangan pelajar serta anak-anak muda, tapi berdasarkan pengamatan ketiga gerai 7 eleven yang berada didaerah bulungan, kemang, serta cipete gerai 7 eleven tersebut juga didatangi konsumen yang berasal dari kalangan eksekutif muda, ibu rumah tangga, tokoh masyarakat dan orang yang sudah lanjut usia. Sehingga bisa kita lihat bahwa 7 eleven tidak memiliki target pasar yang khusus atau segmen tertentu di Indonesia. Namun memiliki target pasar dan segmen yang lebih luas apabila dibandingkan dengan berbagai convenience store yang lain. 

Gerai 7 eleven

7 eleven, Bulungan Jakarta Selatan
Gerai 7 eleven yang mempunyai alamat lengkap di Jalan Bulungan 1 No.64 berlokasi didaerah Bulungan ini merupakan gerai pertama yang dibuka oleh PT.Modern Internasional yang juga sebagai symbol hadirnya kembali 7 eleven di Jakarta. Daerah Bulungan ini juga dikenal sebagai tempat berkumpul para komunitas anak muda. Begitu juga didaerah cipete yang mayoritasnya  adalah pelajar dan anak muda. Namun didaerah kemang juga dikenal sebagai lokasi yang memiliki banyak tempat hiburan malam di Jakarta Selatan dan mayoritas konsumennya adalah dari kalangan anak muda dan kalangan jetset yang berasal dari kalangan menengah atas, sering juga ditemui ibu-ibu rumah tangga dan kaum ekspat yang berbelanja di gerai ini.
Bisnis 7eleven didalam strategi 5 Forces :
1. Ancaman Produk Pengganti
Keberadaan produk di luar bidang batas produk umum meningkatkan kecenderungan pelanggan untuk beralih ke alternatif.
Ancaman produk pengganti yang kuat karena di Indonesia sendiri jenis ritel modern juga tumbuh subur seperti supermarket, dalam kasus 7eleven ini juga bisa bersaing dengan restaurant setempat atau 24 jam convenience store lainnya seperti Lawson store dan CircleK.
2. Ancaman Pesaing
Persaingan dari dalam industri sendiri yang kuat karena pada industri ritel modern khususnya convenience store di Indonesia sendiri juga sudah sangat banyak dengan harga yang tidak terlalu jauh berbeda antara satu dengan lainnya dan memiliki konsep , produk , dan kenyamanan yang hampir mendekati sama.
3. Ancaman Pendatang Baru
Ancaman pendatang baru yang lemah pada industri ritel ini. Hal tersebut bisa dilihat karena industri ritel di Indonesia sendiri sudah cukup ramai dan persaingan antar industri ritel sudah sangat padat sehingga pendatang baru akan membutuhkan investasi yang lebih besar untuk bersaing dan dengan konsep bisnis yang lebih baru dan berbeda.
4. Daya Tawar Pemasok
Kekuatan tawar pemasok juga digambarkan sebagai pasar input. Pemasok bahan baku, komponen, tenaga kerja, dan jasa (seperti keahlian) kepada perusahaan dapat menjadi sumber kekuasaan atas perusahaan, ketika ada beberapa pengganti.
Dalam kasus 7eleven ini , kekuatan tawar menawar pemasok lemah , hal ini disebabkan pemain dalam bisnis ritel ini sudah sedemikian ramai dan padat sehingga menyebabkan para pemasok sulit untuk memainkan harga.
5. Daya Tawar Konsumen
Kekuatan tawar pelanggan juga digambarkan sebagai pasar output, kemampuan pelanggan untuk menempatkan perusahaan di bawah tekanan yang juga mempengaruhi sensitivitas pelanggan terhadap perubahan harga.

Studi Kasus Pada Bisnis Modern

PT Hero Supermarket Tbk adalah perusahaan ritel yang memiliki banyak cabang di Indonesia. Hero Supermarket Group adalah perusahaan ritel modern pertama di Indonesia, didirikan tahun 1971 oleh almarhum Muhammad Saleh Kurnia di Jalan Falatehan. Saat ini Hero membidik dasar menengah ke atas.
HERO didirikan oleh almarhum Saleh Kurnia. Perseroan didirikan di Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1971. Pada awal perkembangan Hero, di Jakarta pada saat itu, dikenal beberapa supermarket lokal seperti Gelael, Kem Chick dan Grasera. Strategi awal Hero untuk merebut pasar adalah agresifitas dalam penyebaran flyer promosi (dengan iming-iming harga), penekanan pada kualitas dan kenyamanan berbelanja. Sampai tahun 2001 ini dapat dikatakan bahwa HERO adalah jaringan supermarket lokal terbesar di Indonesia.
 Hero melakukan IPO (Initial Public Offering) pada tanggal 21 Agustus 1989. Komposisi pemegang saham per tanggal 25 Juli 2001 adalah sebagai berikut : PT Hero Pusaka Sejati 50.10%, PT Matahari Putra Prima Tbk 10.42%, SSV Netherland BV 10.20%, Mulgrave Corp. BV 7.63%, dan masyarakat 21.65%. Kepemilikan saham langsung HERO oleh Dairy Farm diperkirakan sebesar 7.63%, yaitu melalui Mulgrave Corp. BV.  Selain itu Dairy Farm melalui Mulgrave Corp. BV juga memiliki obligasi konversi sebesar 24.55%. Dengan demikian total kepemilikan Dairy  Farm atas saham HERO adalah 32.18%.
HERO SUPERMARKET Tbk sampai bulan Agustus 2001, memiliki 71 gerai Hero PasarSwalayan, 26 gerai Star Mart, 40 gerai Guardian dan 8 gerai Mitra Toko Diskon. Kegiatan usaha anak perusahaan Hero meliputi usaha dagang eceran makanan dan produk terkait melalui PT Trimanunggal Hero Lestari, yang memiliki satu gerai di Cirebon; Dan PT Mitra Hero Pioneerindo (bermitra dengan PT Putra Sejahtera Pioneerindo) yang membawahi gerai fast food California Fried Chicken. Dalam sejarahnya HERO juga memiliki keterkaitan dengan rantai toko TOYS CITY dan PT SUBA INDAH, yaitu pabrik pengolahan dan pengalengan makanan. Untuk mendukung kelengkapan produk dan kemampuan perusahaan menggenjot potensi laba, HERO juga memiliki pusat pengolahan roti (Bakery Processing) dan pengembangan konsep Instore Bakery serta Restoran Siap Saji di dalam gerai-gerainya. Sebuah pusat distribusi didirikan di kawasan industri Cibitung. Untuk mendukung aktivitas distribusi dan logistik, HERO menggandeng perusahaan logistik DAVID HOLDINGS.
 Sampai saat ini HERO merupakan satu-satunya retailer lokal yang memiliki strategi pengembangan private label (merek milik sendiri) yang cukup intensif. Dengan strategi ini HERO diharapkan mampu meningkatkan kemampuan labanya. Berbagai private label yang dikembangkan misalnya Hero Save, Nature Choice, dan Relliance. Dalam jangka panjang, pengembangan private label dari Hero, didukung oleh jaringan distribusinya yang sangat luas, merupakan satu ancaman bagi format Hypermarket. Keberhasilan Aldi (hard discounter dari Jerman) menyaingi Hypermarket, didukung oleh 90% assortmentnya yang terdiri atas private label. Dengan dominasi private label yang fast moving, ALDI mampu menjual produk dengan harga 30% lebih murah dibandingkan harga produk bermerek dengan jenis dan kualitas yang sama.
Bisnis eceran Hero menyumbang 90% dari omset Hero. Pada periode 1997-1998, akibat krisis ekonomi di Indonesia dan kerusuhan 14 Mei 1998, 26 gerai dirusak dan dijarah massa (6 gerai diantaranya habis terbakar), selain itu beberapa gerai terpaksa ditutup karena tidak menguntungkan. Perusahaan yang kini memiliki 8000 karyawan ini terpaksa mem-PHK-kan dini ratusan karyawannya.  Tahun 1997 dilalui Hero dengan menelan kerugian sebsar Rp. 45.8 milyar, dan Rp. 69 milyar pada tahun 1998. Tahun berikutnya Hero membalik keadaan dengan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 90.9 milyar. Pada tahun 2001 ini kinerja Hero dalam menghasilkan laba kelihatanya agak menurun. Misalnya sampai bulan Juni 2001, Hero baru membukukan laba sebesar Rp. 17,3 milyar, menurun 58,2% dibandingkan laba per bulan yang sama di tahun 2000, yaitu sebesar Rp. 41,4 milyar.  Di tahun 2000 penjualan Hero tumbuh sebesar 13.4 %, yaitu dari 1.49 trilliun pada tahun 1999 menjadi 1.69 trilliun pada tahun 2000. Pertumbuhan penjualan ini merupakan pertumbuhan penjualan terendah dibandingkan Makro (30.1%), Matahari (40.1%), Ramayana (42.9%), dan Alfa (45.4%).
Penurunan tingkat laba Hero pada tahun 2000, mungkin disebabkan strategi Hero untuk mengubah citra Hero sebagai supermarket yang mahal di mata konsumen. Setelah merasakan imbas kehadiran Hypermarket Carrefour (dan Continent), Hero mulai menggalakkan program promosi dengan fokus mengubah image Hero Supermarket yang mahal menjadi tempat belanja yang paling murah. Saat ini setiap Hari Jum’at, Hero melaunching program Weekly Promotion, dengan diback-up media promosi satu halaman penuh di Harian Kompas. Untuk menjaga agar harga yang ditetapkan lebih murah dibandingkan pesaing, Manajemen Hero memutuskan dan me-recheck harga pesaing pada hari Kamis, sesaat sebelum media promosi naik cetak. Menurut Ipung Kurnia (CEO HERO), strategi Hero seperti ini mampu menaikkan omzet Hero Supermarket sampai 30%. Undian berhadiah juga gencar diadakan dengan hadiah utama mobil, misalnya pada periode sebelumnya Daihatsu Taruna dan sekarang (bulan Oktober 2001) Peugeot 206. Fokus komunikasi dan positioning Supermarket Hero kepada masyarakat sampai saat ini adalah kesegaran produk fresh. Sehingga tag line “Think Fresh Shop Hero” selalu digunakan.
Sejak tahun 2000 lalu, Hero mulai aktif kembali melakukan ekspansi usaha. Sebelumnya strategi ekspansi Hero adalah 80% di Jabodetabek dan sisanya 20% di luar Jabodetabek. Namun dengan semakin ketatnya persaingan dan berkurangnya pangsa pasar Hero Supermarket di Jabodetabek, maka strategi ekspansi Hero saat ini adalah 50% di Jabodetabek dan 50% di luar Jabodetabek. Peremajaan gerai dilakukan setiap lima atau enam tahun. Peremajaan gerai besar-besaran di tahun 2001, misalnya dilakukan di dua cash cow Store Hero di Kemang dan Pondok Indah Mall. Selain itu perluasan format retail juga dilakukan dengan merintis jaringan toko buku utama dan merencanakan pembukaan hypermarket GIANT. Hypermarket Giant merupakan merek dari negeri jiran (Malaysia), yang masuk ke dalam portofolio Hero melalui Dairy Farm. Di negeri asalnya, kekuatan Giant terutama bertumpu pada divisi Fresh Product, Grocery dan Basic Fashion. Kerjasama manajemen berupa profit sharing juga dilakukan Hero bersama Golden Trully

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Ritel

Ada tiga faktor yang dapat mendorong usaha ritel berhasil, antara lain sebagai berikut.
1
.      Lokasi Usaha
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam memulai atupun mengembangkan usaha ritel adalah faktor lokasi.
2.      Harga yang tepat
Usaha ritel biasanya menjual produk-produk yang biasa dibeli/dikonsumsi pelanggan sehari-hari. Oleh karena itu, pelanggan bisa mengontrol harga dengan baik. Jika suatu toko menjual produk dengan harga yang tinggi, maka pelanggan akan pindah ke toko lain yang menawarkan harga yang lebih rendah, sehingga toko menjadi sepi pelangaan. Sebaliknya, penetapan harga yang terlalu murah mengakibatkan minimnya keuntungan yang akan diperoleh, sehingga peritel belum tentu mampu menutup biaya-biaya yang timbul dalam menjalankan usahanya.
3.      Suasana toko
Suasana toko yang sesuai bisa mendorong pelanggan untuk datang dan berlama-lama di dalam toko, seperti memasang alunan musik ataupun mengatur tata cahaya took.
Faktor penting lainnya yang memengaruhi keberhasilan toko adalah pramuniaga. Pramuniaga menentukan puas tidaknya pelanggan setelah berkunjung sehingga terjadi transaksi jual beli ditoko tersebut. Pramuniaga yang berkualitas  sangat menunjang kemajuan toko. Pramuniaga sebaiknya mampu menarik simpati pelanggan dengan segala keramahannya, tegur sapanya, informasi yang diberikan, cara bicara, dan suasana yang bersahabat.

Kelebihan dan kelemahan dalam menjalankan usaha ritel:
1.      
      Kelebihan usaha ritel, antara lain :

·        Modal yang diperlukan cukup kecil, namun keuntungan yang diperoleh cukup besar.
·  Umumnya lokasi usaha ritel strategis. Mereka mendekatkan tempat wisata dengan tepat berkumpul konsumen, seperti didekat pemukiman penduduk, terminal bis, atau kantor-kantor.
·    Hubungan antara peritel dengan pelanggan cukup dekat, karena adanya komunikasi dua arah antara pelanggan dengan peritel.

2.      Kekurangan usaha ritel, antara lain :

·     Keahlian dalam mengelola toko ritel berskala kecil kurang diperhatikan oleh peritel. Usaha ritel berskala kecil terkadang dianggap hanyalah sebagai pendapatan tambahan sebagai pengisi waktu luang, sehingga peritel kurang memperhatikan aspek pengelolaan usahanya.
·      Administrasi (pembukuan) kurang atau bahkan tidak diperhatikan oleh peritel, sehingga terkadang uang atau modalnya habis tidak terlacak
·   Promosi usaha tidak dapat dilakukan dengan maksimal, sehingga ada usaha ritel yang tidak diketahui oleh calon pembeli atau pelanggan.









BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan kasus pemasaran 7 Eleven yang berada di Jakarta Selatan dapat di simpulkan bahwa kunci utama dalam keberhasilan dalam usahanya memenangkan persaingan adalah pengetahuan yang kuat tentang pasar yang dilayani. Disini, pengelola merek harus memahami prilaku konsumennya maupun prilaku dan strategi yang dijalankan oleh para pemain yang ada. PT.Hero Supermarket Tbk, merupakan perusahaan retail dengan konsep berbelanja yang sangat modern dan Sampai saat ini Hero merupakan satu-satunya retailer lokal yang memiliki strategi pengembangan private label (merek milik sendiri) yang cukup intensif. Dengan strategi ini Hero dapat meningkatkan labanya. Bisnis retail juga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi karena dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat menengah kebawah.






DAFTAR PUSTAKA

http://wartaekonomi.co.id/berita12651/pengaruh-ke-7eleven-indonesia-2.html